Senin, 14 Januari 2013

:D

aku berteman akrab dengan ribuan mimpi dan jutaan harapan, berpegang pada keyakinan dan bersandar pada takdir..
aku tak pernah membatasi mimpi dan harapan harapan, biarkan mereka terbang bebas melewati jalanan terjal dan berkelok, biarkan mereka pergi mencapai segala mimpi..

Minggu, 13 Januari 2013

pendapat dan pendidikan


1.   Keberanian Mengemukakan Pendapat
            a.   Pengertian Pendapat
Pengertian pendapat adalah merupakan suatu hubungan atau gabungan dari dua pengertian, dalam pendapat pengertian yang satu disebut subjek, sedangkan pengertian yang lain disebut predikat, pendapat adalah suatu hubungan kesatuan dari dua atau lebih pengertian. Pendapat dilambangkan dalam bentuk kalimat (Wiramihardja, 2007).
Sedangkan Sunardi dan Asy (2004) mengatakan bahwa, “pendapat adalah buah pikiran seseorang”. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka pendapat bisa diartikan suatu kemauan dan kemampuan seseorang sebagai ungkapan isi hati dan perasaan sesuai daya pikirnya dalam menanggapi sesuatu.




            b.   Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban. Salah satu hak warga negara adalah mengeluarkan pendapat.
Dalam Universal Declaration of Human Rights (Pernyataan Sedunia tentang Hak Asasi Manusia), pasal 19 menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk  mempunyai pikiran sendiri dan untuk mengeluarkan pendapatnya; hak ini meliputi juga kebebasan untuk mempunyai pendapat tanpa campur tangan orang lain dan untuk mencari,  menerima,  dan  menyiarkan penerangan dan pendapat melalui  media apa  pun   dan  tanpa  mengindahkan  batas  negara (Sunardi dan Asy, 2004).
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab X  Pasal disebutkan: “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.     Kemudian dalam Bab X-A Pasal 18E ayat 3 dinyatakan, “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat” (Listyarti, 2004).
Undang-Undang Republik Indonesia No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Bab III Bagian Kelima Pasal 23 ayat 2 menyatakan: “Setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak maupun elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum dan keutuhan bangsa”. Selanjutnya dipertegas dalam pasal 25: “Setiap orang berhak  menyampaikan  pendapat  di muka  umum, termasuk hak untuk mogok sesuai  dengan ketentuan  peraturan  perundang-undangan” ( Rosyada, dkk., 2005).
Secara khusus, kemerdekaan mengemukakan pendapat diatur dalam UU RI No.9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Dalam pasal 2 ayat 1 UU itu, disebutkan bahwa setiap warga negara, secara perorangan atau kelompok, bebas menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Sunardi dan Asy, 2004)

Dengan demikian, pengertian kemerdekaan meyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

            c.   Mengemukakan Pendapat dalam Proses Pembelajaran
Proses Pembelajaran menyangkut kegiatan belajar dan mengajar. Belajar terkait dengan segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar terkait dengan kegiatan-kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Kedua kegiatan ini akan berhasil guna sebagai suatu kegiatan pembelajaran jika terjadi interaksi (hubungan timbal balik) guru-siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
Efektifitas interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran antara lain ditentukan oleh faktor komunikasi. Menurut Depdiknas (2004) keberhasilan interaksi guru-siswa, salah satunya sangat ditentukan oleh pola komunikasi yang digunakan oleh guru pada saat berinteraksi dengan siswa di kelas.
Pola komunikasi guru-siswa dalam pembelajaran di kelas akan berpengaruh  pada  aktifitas  siswa dalam belajar.  Pola komunikasi satu arah akan menjadikan proses pembelajaran tak ubahnya sebagai tempat penyampaian informasi, dimana guru lebih aktif sedangkan siswa pasif. Pola komunikasi dua arah memungkinkan terjadinya dialog antara guru dan siswa, baik dalam bentuk komunikasi guru kepada siswa atau siswa kepada guru. Misalnya, guru bertanya kepada siswa atau sebaliknya siswa bertanya atau meminta penjelasan kepada guru. Pola komunikasi dalam proses pembelajaran di kelas akan lebih efektif manakala pola komunikasi terjalin secara multi arah. Dalam arti, komunikasi tidak hanya terjadi dari guru kepada siswa, atau sebaliknya dari siswa kepada guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa. Di sini siswa dituntut lebih aktif, siswa seperti halnya guru dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi siswa lainnya.

Pola-pola komunikasi pembelajaran seperti di atas, terutama pola komunikasi multi arah memungkinkan munculnya berbagai pendapat terutama pendapat siswa dalam suasana pembelajaran, baik dalam bentuk pertanyaan, jawaban pertanyaan, usulan-usulan maupun argumentasi lainya.
Pola komunikasi multi arah tercipta manakala guru dalam penyajian pembelajarannya menggunakan metode-metode pembelajaran yang mendorong siswa aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas dapat diukur, antara lain melalui indikator keberaniannya dalam mengemukakan pendapat , baik dalam bentuk: bertanya, menjawab pertanyaan, memberikan usulan dan berargumentasi.

kilas jogja


Minimnya area bermain di kota yogyakarta
Dalam usia anak – anak pada dasarnya merekea memiliki energi dan semangat yang berlebih untuk disalurkan. Untuk sebagian anak, dengan les matematika, les piano atau les – les yang lain dapat menyalurkan energi sekaligus dapat mengasah bakat mereka. Tetapi bagaimana dengan anak dikalangan menengah kebawah. Ya, selepas sekolah mereka pada umumnya pergi bermain. Untuk anak – anak yang tinggal di daerah atau desa tentunya tidak susah menemukan lahan untuk  mereka bermain, bermain sepak bola, layangan atau yang lain. mari kita tengok anak – anak yang tinggal dipinggiran sungai ditengah kota. Kemana mereka akan bermain? Dengan sedikit dan keterbatasannya lahan mereka bermain dijalan raya bahkan kadang diatas pembatas jembatan.
Kurangnya area bermain bagi anak – anak dikota sangatlah memprihatinkan, taman – taman yang harusnya hijau dan digunakan untuk area bermain umum tidak terurus bahkan sudah beralih fungsi menjadi tempat perbelanjaan dan gedung – gedung bertingkat. Bahkan jika ada tempat bermain akan dapat dipastikan tempat itu akan sangat jauh dari jangkauan anak pingiran sungai ditengah kota. Kondisi ini memang sangat memprihatinkan, melihat anak – anak menyalurkan energi dan semangat mereka dengan harus bertaruh nyawa dipinggir jalan dan di atas pinggiran jembatan hanya untuk bermain.

penciptaan manusia


Apa tujuan diciptakannya manusia?
Hanya sedikit individu yang tidak mempertanyakan pertanyaan ini kepada dirinya sendiri atau kepada orang lain. Setiap saat terdapat kelompok manusia yang senantiasa lahir di dunia ini, kemudian diikuti oleh kelompok-kelompok lain yang meninggal dunia. Apakah sebenarnya tujuan dari kedatangan dan kepergian ini?
Seandainya kita, manusia, tidak hidup di bumi ini, kira-kira bagian alam manakah yang akan rusak? Dan apakah masalah yang akan timbul? Apakah kita perlu untuk mengetahui; mengapa kita datang dan pergi? Dan untuk mengetahui makna dari semua ini, apakah kita punya kemampuan untuk itu? Dan beribu pertanyaan lain sebagai konsekuensi dari pertanyaan-pertanyaan semacam ini akan memenuhi pikiran manusia.
Setiap kali kaum materialis mengutarakan pertanyaan semacam ini, sepertinya belum ada jawaban (yang dapat memuaskan). Karena, alam materi tidak memiliki akal dan perasaan sama sekali sehingga ia dapat memiliki sebuah tujuan. Dengan alasan inilah, mereka telah meloloskan diri dari persoalan ini dan meyakini bahwa alam penciptaan adalah nihil dan tak bertujuan. Dan betapa sangat menyedihkan apabila manusia melangsungkan hidupnya di seluruh bidang seperti pendidikan, usaha dan kerja, makanan, penyembuhan, kesehatan, olah raga, dan lain sebagainya dengan tujuan yang pasti dan dengan program yang sangat detail, akan tetapi seluruh (sistem) kehidupan (sebagai sebuah kesatuan) yang ada di alam semesta ini adalah nihil dan tidak mempunyai tujuan sama sekali.
Oleh karena itu, bukanlah suatu hal yang mengherankan apabila sebagian mereka setelah melakukan perenungan terhadap persoalan ini, merasa puas dengan kehidupan yang nihil dan tanpa tujuan ini, dan akhirnya mengakhiri hidupnya dengan melakukan bunuh diri.
Akan tetapi, ketika pertanyaan ini dipertanyakan oleh seorang penyembah Tuhan kepada dirinya sendiri, ia tidak akan pernah menemui jalan buntu. Karena dari satu sisi, ia tahu bahwa pencipta dunia ini adalah Mahabijaksana dan pastilah apa yang Dia ciptakan mempunyai sebuah hikmah yang luar biasa, walaupun kita tidak tahu akan hal tersebut. Dan dari sisi lain, ketika ia memperhatikan anggota-anggota tubuhnya, ia akan menemukan tujuan dan filsafat dari setiap bagiannya. Bukan hanya pada anggota-anggota badan, seperti jantung, otak, pembuluh darah, dan urat saraf saja, bahkan anggota-anggota badan lainnya, seperti kuku, bulu mata, garis-garis sidik jari, lekukan telapak tangan dan kaki, masing-masing mempunyai filsafat yang saat ini telah diketahui oleh setiap orang.
Betapa konyol jika kita meyakini kebertujuan semua anggota itu, tetapi keberadaan alam semesta (sebagai sebuah kesatuan) tidak mempunyai tujuan?
Betapa bodoh jika kita meyakini bahwa setiap bangunan di sebuah kota mempunyai tujuan dan filsafat, akan tetapi bangunan-bangunan itu (secara keseluruhan) tidak tidak memiliki tujuan sama sekali?
Apakah mungkin seorang insinyur membangun sebuah bangunan besar yang seluruh ruangan, koridor, pintu, jendela, kolam, dekor, dan lain sebagainya, masing-masing dirancangnya dengan maksud dan tujuan tertentu, tetapi seluruh bangunan itu (sebagai sebuah kesatuan) tidak mempunyai tujuan sama sekali?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang memberikan kepercayaan kepada seorang manusia mukmin bahwa penciptaan dirinya mempunyai tujuan yang sangat agung, yang untuk memahami hal tersebut, ia harus berusaha dan memanfaatkan kekuatan ilmu serta akal.
Ironisnya, para penganut Nihilisme; ketakbermaknaan penciptaan ini malah masuk ke dalam semua bidang ilmu-ilmu alam untuk menginterpretasikan beragam fenomena yang ada untuk mencari suatu tujuan, dan mereka tidak bisa duduk tenang kecuali telah mendapatkan apa yang mereka maksudkan. Bahkan, mereka pun tidak bersedia menerima kehadiran sebuah wujud berupa butiran begitu kecil yang berada dalam bagian badan manusia tanpa mempunyai sebuah aktifitas pun, dan mungkin saja mereka membutuhkan waktu bertahun-tahun di dalam laboratorium penelitian untuk menemukan filsafat dari satu wujud ini. Akan tetapi, ketika sampai pada penciptaan manusia, mereka dengan tegas mengatakan bahwa penciptaannya tidak memiliki tujuan sama sekali.
Dewasa ini manusia, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara spermatozoa dengan ovum.
Sumber : syiahali.wordpress.com/2011/08/08/filsafat-penciptaan-manusia/


pendidikan berbasis full day school

Pengertian fullday school
Sistem sekolah yang menggunakan konsep fullday school adalah dimana mereka menggabungkan antara waktu belajar dan waktu bermain anak di sekolah selama 5 hari per minggu, dan pada hari saptu disisipkan untuk exstra kulikuler. Berbeda dengan konsep sekolah reguler biasa yang menggunakan 6 hari sebagai hari evektif dan menggunakan hari minggu sebagai hari untuk exstrakurikuler.
B.     Penerapan sistem fullday school
Fullday school harus memperhatikan juga jenjang dan jenis pendidikan, selain kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh komponen di sekolah, kesiapan program-program pendidikan. Seperti kita ketahui bahwa di Indonesia jenjang pendidikan formal dibagi menjadi :
·         Padu (pendidikan usia dini) / Play Group, diperuntukkan bagi anak-anak usia dini yaitu 3-4 tahun;
·         TK (Taman Kanak-Kanak), diperuntukkan bagi anak usia 4-6 tahun;
·         SD (Sekolah Dasar), diperuntukkan bagi anak usia 7-12 tahun;
·         SLTP (Sekolah Menengah Pertama), bagi anak usia 13-15 tahun;
·         SLTA (Menengah Atas), bagi anak usia 15-18 tahun.
Pada jenjang pendidikan usia dini sampai Taman Kanak-kanak bertujuan membentuk pribadi anak untuk mengenal dirinya (who am I) yang selanjutnya disebut Personal Skill, kemudian pada tingkatan Sekolah Dasar dan Menengah Pertama bertujuan untuk membentuk pribadi yang mampu mengenal potensi. Dan untuk menengah atas dan kejuruan seperti yang telah kita bahas diatas tadi.
Atas dasar perbedaan jenjang dan jenis pendidikan, maka sudah seharusnya penerapan konsep fullday school memperhatikan perbedaan-perbedaan tersebut. Anak-anak usia SD dan SMP adalah usia-usia dimana porsi bermain tentu lebih banyak dari pada belajar. Jangan sampai konsep fullday school merampas masa-masa bermain mereka, masa-masa dimana mereka harus belajar berinteraksi dengan sesama, berinteraksi dengan orang tua, berinteraksi dengan sanak saudara dan handai tolan, serta berinteraksi dengan lingkungan disekitar tampat tinggalnya.
 Jangan sampai fullday school menjadikan meraka tidak mengenal anak-anak sebayanya di sekitar rumahnya, jangan sampai manjadikan anak tidak mengenal paman, bibi dan lain sebagainya disekitar keluarganya. menjadikan anak senang menyendiri bersifat individualis dan susah bersosialisasi. Ditambah lagi dengan dijadikannya hari sabtu sebagai student day, dimana pada hari itu dimaksudkan agar digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya ekstrakurikuler, namun belum disiapkan bagaimana pengelolaannya. Tidak diperhitungkan secara matang, ketersediaan program-program ekstrakurikuler, ketersediaan pembina, pelatih, lahan dan lain sebagainya.
Akan lebih salah lagi jika fullday school dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan latihan mengerjakan soal-soal UNAS atau pembahasan soal-soal UNAS dengan tujuan agar siswanya mendapatkan Nilai baik (Lulus) pada UNAS yang akan datang. Nilai UNAS bukanlah merupakan tujuan pendidikan.  Sudah tercantum dalam undang undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Jika banyak orang tua memasukkan anak-anaknya ke sekolah full day, semata-mata karena orang tua tidak memiliki waktu yang cukup mengawasi anak-anaknya karena sibuk bekerja, fungsi sekolah tak lebih sekedar sebagai tempat penitipan anak. Orang tua harus menyempurnakan konsep berfikirnya terhadap eksistensi full day school. Ketika orang tua hanya menganggap full day school sebagai tempat penitipan anak, orang tua tidak akan melakukan kajian mendalam terhadap kualitas sekolah yang akan dijadikan tempat sekolah anak-anaknya. Padahal pasti ada sekolah full day yang tidak didukung sarana yang cukup untuk menciptakan sekolah yang menyenangkan, bahkan manajemen kurikulumnya digarap seadanya.
            Sehingga full day school kurang benar benar bermanfaat sesuai fungsi dan tujuan dibentuknya sistem/kurikulum fullday school itu sendiri. Jadi sebagai orang tua yang baik seharunya memikirkan kembali jika ingin memasukan anaknya ke sekolah yang menggunakan konsep fullday school.

C.     Kelebihan dan kekurangan fullday school
Kelebihan
·         Anak anak akan mendapatkan metode pembelajaran yang bervariasi dan lain daripada sekolah dengan program reguler.
·         ,orang tua tidak akan takut anak akan terkena pengaruh negatif karena untuk masuk ke sekolah tersebut biasanya dilakukan tes (segala macam tes) untuk menyaring anak-anak dengan kriteria khusus (IQ yang memadai, kepribadian yang baik dan motivasi belajar yang tinggi)
·         Sistem Full Day School memiliki kuantitas waktu yang lebih panjang daripada sekolah biasa.
·         Guru dituntut lebih aktif dalam mengolah suasana belajar agar siswa tidak cepat bosan.
·         meningkatkan gengsi orang tua yang memiliki orientasi terhadap hal-hal yang sifatnya prestisius.
·         Orang tua akan mempercayakan penuh anaknya ada sekolah saat ia berangkat ke kantor hingga ia pulang dari kantor


Kekurangan
·         Siswa akan cepat bosan dengan lingkungan sekolah
·         Lebih cepat stress
·         Mengurangi bersosialisasi dengan tetangga dan keluarga
·         Kurangnya waktu bermain
·         anak-anak akan banyak kehilangan waktu dirumah dan belajar tentang hidup bersama keluarganya


D.    Upaya Penerapan Sistem Fullday School
Oleh karena itu disarankan beberapa upaya untuk membuat siswa menjadi lebih nyaman dalam sekolah yang menerapkan sistem Full Day School, antara lain:
o   Menyusun materi pelajaran dikelas yang bersahabat, yaitu yang tidak memaksa anak untuk hanya mendengarkan secara pasif, namun ajak anak untuk terlibat dalam setiap prosesnya.
o   Mengkombinasikan berbagi pelajaran, cara belajar serta waktu belajar dan istirahat yang berbeda untuk mengembangkan semua jenis kecerdasan anak.
o   Mengatur posisi duduk anak secara fleksibel.
o   Mengkombinasikan antara belajar di kelas dengan belajar di luar kelas.
o   Mengenali anak sebagai pribadi dan sebagai anggota kelompok
o   Mengatur jam istirahat tidak harus dalam bentuk tidur siang , karena kebiasaan tidur siang menyebabkan penurunan produktifitas pada usia kerja.


E.     Kerangka pikir evaluasi
            Konsep fullday school memang kini menjadi tren dikalangan pendidikan, menurut pengalaman saya sendiri yang pernah merasa menggunakan konsep fullday school pada sistem pembelajaran saya rasa biasa – biasa saja. Dulu saya ingin masuk sekolah itu karena saya rasa sekolahnya sangat keren, karena sekolah lain belum menggunakan konsep tersebut, selain itu faktor orang tua juga sangat berpengaruh didalamnya. saya setiap hari masuk jam 06.00 pagi dan pulang sekolah jam 17.00 sore, dan semua pembelajaran dalam keadaan formal dimana anak harus belajar dalam kelas seharian penuh, tetapi disekolah juga menggunakan sistem moveing class yang dimana kita tidak mempunyai kelas yang tetap sehingga kita harus pindah – pindah ruang sesuai jam plajaran yang diikuti setidaknya bisa 15 menit untuk refresh sejenak J tapi jam pelajaran tersebut belum termasuk jam tambahan yang diberikan oleh guru dan belum termasuk jam les yang dituntut oleh orangtua saya. Jadi setiap hari senin sampai hari jum’at saya sampai dirumah jam 19.00  kemudian istirahat dan tidak sempat mengulang pelajaran yang telah diajarkan disekolah tadi. Dan setiap hari saptu saya mengikuti extrakurikuler ilmiah remaja dan pramuka yang dimulai jam 08.00 – 16.30.
setelah memasuki kelas 12 sekolah mengadakan jam tambahan, jadi pulang dri sekolah jam 18.00 kemudian les intensif. Dan setelah memasuki bangku kuliah saya merasa aneh karena jadwal kuliah yang tidak menentu.. J
            Jadi menurut saya memang baik menggunakan sistem fullday school pada sekolah karena dapat menarik para peserta didik dan selain itu guru dapat mengawasi secara penuh perkembangan peserta didik dan orang tua jauh lebih merasa nyaman karena anak mereka berada ditempat yang tepat dan kurikulum harus sesuai dengan porsi yang tepat pula.





F.      Hipotesis awal
Tlah banyak riset mengenai kurukulum fullday school terkait dengan masih adanya pro kontra soal konsep fullday. Yang kontra menyebut bahwa fullday school memenjara siswa. Sedangkan yang pro lebih memandang bahwa siswa banyak mendapatkan manfaat di sekolah berkonsep fullday, tentu dengan pembelajaran yang menyenangkan.
 Menurut beberapa teman saya mereka fine fine saja dalam menjalani masa – masa program fullday school, karena sebelum mereka memasuki sekolah tersebut mereka tlah mengetahui program dan kurikulum yang digunakan dalam sekolah itu sehingga mereka tidak “kaget” dengan kurikulum yang digunakan. Selain itu guru berpengaruh besar terhadap kesuksesan sekolah yang menggunakan konsep fullday school, adanya variasi misal ; adanya bercandaan sehingga siswa tidak tegang, media pembelajaran yang digunakan itu menarik, dan menggunakan kuis – kuis atau game –game juga akan mendorong semangat peserta didik dalam mengikoti proses belajar, sehingga tidak mengantuk maupun bosan dengan suasana kelas yang biasa – biasa saja atau lebih sering disebut monoton.
            Selain itu menurut beberapa orang tua selama anak mereka senang tidak terbebani dengan sistem fullday school mereka juga fine – fine saja, tetapi jika ditemukan indikasi anak pulang sekolah dengan keadaan lemas, capek,loyo,lesu, raut muka sedih setelah pulang sekolah mungkin merupakan beberapa ciri yang perlu diwaspadai. Sebagai orang tua harus cepat tanggap mengapa anaknya pulang sekolah dalam keadaan seperti itu.
Dengan melalui pendekatan – pendekatan sebagai orang tua yang baik. Karena pola asuh orangtua sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan anak, karena dalam pola pengasuhan itu ditanamkan nilai yang diyakini dalam keluarga tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku seorang anak merupakan cerminan dari bagaimana ia diperlakukan oleh orang-orang terdekatnya dirumah. Perilaku ini dapat dikembangkan, dikuatkan, dikurangi, diubah bahkan diperbaiki.