aku berteman akrab dengan ribuan mimpi dan jutaan harapan, berpegang pada keyakinan dan bersandar pada takdir..
aku tak pernah membatasi mimpi dan harapan harapan, biarkan mereka terbang bebas melewati jalanan terjal dan berkelok, biarkan mereka pergi mencapai segala mimpi..
Minggu, 13 Januari 2013
pendapat dan pendidikan
1.
Keberanian Mengemukakan Pendapat
a. Pengertian Pendapat
Pengertian pendapat adalah merupakan suatu hubungan atau
gabungan dari dua pengertian, dalam pendapat pengertian yang satu disebut
subjek, sedangkan pengertian yang lain disebut predikat, pendapat adalah suatu hubungan
kesatuan dari dua atau lebih pengertian. Pendapat dilambangkan dalam bentuk
kalimat (Wiramihardja, 2007).
Sedangkan Sunardi dan Asy (2004) mengatakan bahwa,
“pendapat adalah buah pikiran seseorang”. Berdasarkan pengertian-pengertian di
atas, maka pendapat bisa diartikan suatu kemauan dan kemampuan seseorang
sebagai ungkapan isi hati dan perasaan sesuai daya pikirnya dalam menanggapi
sesuatu.
b. Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban. Salah satu hak warga negara
adalah mengeluarkan pendapat.
Dalam Universal Declaration of Human Rights (Pernyataan
Sedunia tentang Hak Asasi Manusia), pasal 19 menyatakan bahwa setiap orang
berhak untuk mempunyai pikiran sendiri dan untuk mengeluarkan
pendapatnya; hak ini meliputi juga kebebasan untuk mempunyai pendapat tanpa
campur tangan orang lain dan untuk mencari, menerima, dan
menyiarkan penerangan dan pendapat melalui media apa pun
dan tanpa mengindahkan batas negara
(Sunardi dan Asy, 2004).
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 Bab X Pasal disebutkan: “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang”. Kemudian dalam Bab X-A Pasal 18E ayat 3
dinyatakan, “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat” (Listyarti, 2004).
Undang-Undang Republik Indonesia No.39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia, Bab III Bagian Kelima Pasal 23 ayat 2 menyatakan: “Setiap
orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat sesuai
hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak maupun
elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban,
kepentingan umum dan keutuhan bangsa”. Selanjutnya dipertegas dalam pasal 25:
“Setiap orang berhak menyampaikan pendapat di muka
umum, termasuk hak untuk mogok sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan” ( Rosyada, dkk., 2005).
Secara khusus, kemerdekaan mengemukakan pendapat diatur
dalam UU RI No.9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
Umum. Dalam pasal 2 ayat 1 UU itu, disebutkan bahwa setiap warga negara, secara
perorangan atau kelompok, bebas menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak
dan tanggung jawab berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (Sunardi dan Asy, 2004)
Dengan demikian, pengertian kemerdekaan meyampaikan
pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan
lisan, tulisan dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Mengemukakan Pendapat dalam Proses Pembelajaran
Proses Pembelajaran menyangkut kegiatan belajar dan
mengajar. Belajar terkait dengan segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa,
sedangkan mengajar terkait dengan kegiatan-kegiatan guru dalam proses
pembelajaran. Kedua kegiatan ini akan berhasil guna sebagai suatu kegiatan
pembelajaran jika terjadi interaksi (hubungan timbal balik) guru-siswa pada
saat pembelajaran berlangsung.
Efektifitas interaksi guru-siswa dalam proses
pembelajaran antara lain ditentukan oleh faktor komunikasi. Menurut Depdiknas
(2004) keberhasilan interaksi guru-siswa, salah satunya sangat ditentukan oleh
pola komunikasi yang digunakan oleh guru pada saat berinteraksi dengan siswa di
kelas.
Pola komunikasi guru-siswa dalam pembelajaran di kelas
akan berpengaruh pada aktifitas siswa dalam belajar.
Pola komunikasi satu arah akan menjadikan proses pembelajaran tak ubahnya
sebagai tempat penyampaian informasi, dimana guru lebih aktif sedangkan siswa
pasif. Pola komunikasi dua arah memungkinkan terjadinya dialog antara guru dan
siswa, baik dalam bentuk komunikasi guru kepada siswa atau siswa kepada guru.
Misalnya, guru bertanya kepada siswa atau sebaliknya siswa bertanya atau
meminta penjelasan kepada guru. Pola komunikasi dalam proses pembelajaran di
kelas akan lebih efektif manakala pola komunikasi terjalin secara multi arah.
Dalam arti, komunikasi tidak hanya terjadi dari guru kepada siswa, atau
sebaliknya dari siswa kepada guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa. Di
sini siswa dituntut lebih aktif, siswa seperti halnya guru dapat berfungsi
sebagai sumber belajar bagi siswa lainnya.
Pola-pola komunikasi pembelajaran seperti di atas,
terutama pola komunikasi multi arah memungkinkan munculnya berbagai pendapat
terutama pendapat siswa dalam suasana pembelajaran, baik dalam bentuk
pertanyaan, jawaban pertanyaan, usulan-usulan maupun argumentasi lainya.
Pola komunikasi multi arah tercipta manakala guru dalam
penyajian pembelajarannya menggunakan metode-metode pembelajaran yang mendorong
siswa aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Keaktifan siswa dalam
pembelajaran di kelas dapat diukur, antara lain melalui indikator keberaniannya
dalam mengemukakan pendapat , baik dalam bentuk: bertanya, menjawab pertanyaan,
memberikan usulan dan berargumentasi.
kilas jogja
Minimnya
area bermain di kota yogyakarta
Dalam usia anak – anak pada dasarnya merekea
memiliki energi dan semangat yang berlebih untuk disalurkan. Untuk sebagian
anak, dengan les matematika, les piano atau les – les yang lain dapat
menyalurkan energi sekaligus dapat mengasah bakat mereka. Tetapi bagaimana
dengan anak dikalangan menengah kebawah. Ya, selepas sekolah mereka pada
umumnya pergi bermain. Untuk anak – anak yang tinggal di daerah atau desa
tentunya tidak susah menemukan lahan untuk
mereka bermain, bermain sepak bola, layangan atau yang lain. mari kita
tengok anak – anak yang tinggal dipinggiran sungai ditengah kota. Kemana mereka
akan bermain? Dengan sedikit dan keterbatasannya lahan mereka bermain dijalan raya
bahkan kadang diatas pembatas jembatan.
Kurangnya area bermain bagi anak – anak dikota
sangatlah memprihatinkan, taman – taman yang harusnya hijau dan digunakan untuk
area bermain umum tidak terurus bahkan sudah beralih fungsi menjadi tempat
perbelanjaan dan gedung – gedung bertingkat. Bahkan jika ada tempat bermain
akan dapat dipastikan tempat itu akan sangat jauh dari jangkauan anak pingiran
sungai ditengah kota. Kondisi ini memang sangat memprihatinkan, melihat anak –
anak menyalurkan energi dan semangat mereka dengan harus bertaruh nyawa
dipinggir jalan dan di atas pinggiran jembatan hanya untuk bermain.
penciptaan manusia
Apa
tujuan diciptakannya manusia?
Hanya
sedikit individu yang tidak mempertanyakan pertanyaan ini kepada dirinya
sendiri atau kepada orang lain. Setiap saat terdapat kelompok manusia yang
senantiasa lahir di dunia ini, kemudian diikuti oleh kelompok-kelompok lain
yang meninggal dunia. Apakah sebenarnya tujuan dari kedatangan dan kepergian
ini?
Seandainya
kita, manusia, tidak hidup di bumi ini, kira-kira bagian alam manakah yang akan
rusak? Dan apakah masalah yang akan timbul? Apakah kita perlu untuk mengetahui;
mengapa kita datang dan pergi? Dan untuk mengetahui makna dari semua ini,
apakah kita punya kemampuan untuk itu? Dan beribu pertanyaan lain sebagai
konsekuensi dari pertanyaan-pertanyaan semacam ini akan memenuhi pikiran
manusia.
Setiap
kali kaum materialis mengutarakan pertanyaan semacam ini, sepertinya belum ada
jawaban (yang dapat memuaskan). Karena, alam materi tidak memiliki akal dan
perasaan sama sekali sehingga ia dapat memiliki sebuah tujuan. Dengan alasan
inilah, mereka telah meloloskan diri dari persoalan ini dan meyakini bahwa alam
penciptaan adalah nihil dan tak bertujuan. Dan betapa sangat menyedihkan
apabila manusia melangsungkan hidupnya di seluruh bidang seperti pendidikan,
usaha dan kerja, makanan, penyembuhan, kesehatan, olah raga, dan lain
sebagainya dengan tujuan yang pasti dan dengan program yang sangat detail, akan
tetapi seluruh (sistem) kehidupan (sebagai sebuah kesatuan) yang ada di alam
semesta ini adalah nihil dan tidak mempunyai tujuan sama sekali.
Oleh
karena itu, bukanlah suatu hal yang mengherankan apabila sebagian mereka
setelah melakukan perenungan terhadap persoalan ini, merasa puas dengan
kehidupan yang nihil dan tanpa tujuan ini, dan akhirnya mengakhiri hidupnya
dengan melakukan bunuh diri.
Akan
tetapi, ketika pertanyaan ini dipertanyakan oleh seorang penyembah Tuhan kepada
dirinya sendiri, ia tidak akan pernah menemui jalan buntu. Karena dari satu
sisi, ia tahu bahwa pencipta dunia ini adalah Mahabijaksana dan pastilah apa
yang Dia ciptakan mempunyai sebuah hikmah yang luar biasa, walaupun kita tidak
tahu akan hal tersebut. Dan dari sisi lain, ketika ia memperhatikan
anggota-anggota tubuhnya, ia akan menemukan tujuan dan filsafat dari setiap
bagiannya. Bukan hanya pada anggota-anggota badan, seperti jantung, otak,
pembuluh darah, dan urat saraf saja, bahkan anggota-anggota badan lainnya,
seperti kuku, bulu mata, garis-garis sidik jari, lekukan telapak tangan dan
kaki, masing-masing mempunyai filsafat yang saat ini telah diketahui oleh
setiap orang.
Betapa
konyol jika kita meyakini kebertujuan semua anggota itu, tetapi keberadaan alam
semesta (sebagai sebuah kesatuan) tidak mempunyai tujuan?
Betapa
bodoh jika kita meyakini bahwa setiap bangunan di sebuah kota mempunyai tujuan
dan filsafat, akan tetapi bangunan-bangunan itu (secara keseluruhan) tidak
tidak memiliki tujuan sama sekali?
Apakah
mungkin seorang insinyur membangun sebuah bangunan besar yang seluruh ruangan,
koridor, pintu, jendela, kolam, dekor, dan lain sebagainya, masing-masing
dirancangnya dengan maksud dan tujuan tertentu, tetapi seluruh bangunan itu
(sebagai sebuah kesatuan) tidak mempunyai tujuan sama sekali?
Pertanyaan-pertanyaan
inilah yang memberikan kepercayaan kepada seorang manusia mukmin bahwa
penciptaan dirinya mempunyai tujuan yang sangat agung, yang untuk memahami hal
tersebut, ia harus berusaha dan memanfaatkan kekuatan ilmu serta akal.
Ironisnya,
para penganut Nihilisme; ketakbermaknaan penciptaan ini malah masuk ke dalam
semua bidang ilmu-ilmu alam untuk menginterpretasikan beragam fenomena yang ada
untuk mencari suatu tujuan, dan mereka tidak bisa duduk tenang kecuali telah
mendapatkan apa yang mereka maksudkan. Bahkan, mereka pun tidak bersedia
menerima kehadiran sebuah wujud berupa butiran begitu kecil yang berada dalam
bagian badan manusia tanpa mempunyai sebuah aktifitas pun, dan mungkin saja
mereka membutuhkan waktu bertahun-tahun di dalam laboratorium penelitian untuk
menemukan filsafat dari satu wujud ini. Akan tetapi, ketika sampai pada
penciptaan manusia, mereka dengan tegas mengatakan bahwa penciptaannya tidak
memiliki tujuan sama sekali.
Dewasa
ini manusia, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah.
Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan
ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara
spermatozoa dengan ovum.
Sumber : syiahali.wordpress.com/2011/08/08/filsafat-penciptaan-manusia/
pendidikan berbasis full day school
Pengertian
fullday school
Sistem sekolah yang menggunakan
konsep fullday school adalah dimana
mereka menggabungkan antara waktu belajar dan waktu bermain anak di sekolah
selama 5 hari per minggu, dan pada hari saptu disisipkan untuk exstra kulikuler.
Berbeda dengan konsep sekolah reguler biasa yang menggunakan 6 hari sebagai
hari evektif dan menggunakan hari minggu sebagai hari untuk exstrakurikuler.
B.
Penerapan
sistem fullday school
Fullday school harus memperhatikan juga jenjang dan
jenis pendidikan, selain kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh komponen di
sekolah, kesiapan program-program pendidikan. Seperti kita ketahui bahwa di
Indonesia jenjang pendidikan formal dibagi menjadi :
·
Padu
(pendidikan usia dini) / Play Group, diperuntukkan bagi anak-anak usia dini
yaitu 3-4 tahun;
·
TK
(Taman Kanak-Kanak), diperuntukkan bagi anak usia 4-6 tahun;
·
SD
(Sekolah Dasar), diperuntukkan bagi anak usia 7-12 tahun;
·
SLTP
(Sekolah Menengah Pertama), bagi anak usia 13-15 tahun;
·
SLTA
(Menengah Atas), bagi anak usia 15-18 tahun.
Pada
jenjang pendidikan usia dini sampai Taman Kanak-kanak bertujuan membentuk
pribadi anak untuk mengenal dirinya (who am I) yang selanjutnya disebut
Personal Skill, kemudian pada tingkatan Sekolah Dasar dan Menengah Pertama
bertujuan untuk membentuk pribadi yang mampu mengenal potensi.
Dan untuk menengah atas dan kejuruan seperti yang telah kita bahas diatas tadi.
Atas
dasar perbedaan jenjang dan jenis pendidikan, maka sudah seharusnya penerapan
konsep fullday school memperhatikan perbedaan-perbedaan tersebut. Anak-anak
usia SD dan SMP adalah usia-usia dimana porsi bermain tentu lebih banyak dari
pada belajar. Jangan
sampai konsep fullday school merampas masa-masa bermain mereka, masa-masa
dimana mereka harus belajar berinteraksi dengan sesama, berinteraksi dengan orang
tua, berinteraksi dengan sanak saudara dan handai tolan, serta berinteraksi
dengan lingkungan disekitar tampat tinggalnya.
Jangan sampai fullday school menjadikan meraka
tidak mengenal anak-anak sebayanya di sekitar rumahnya, jangan sampai manjadikan
anak tidak mengenal paman, bibi dan lain sebagainya disekitar keluarganya.
menjadikan anak senang menyendiri bersifat individualis dan susah
bersosialisasi. Ditambah lagi
dengan dijadikannya hari sabtu sebagai student day, dimana pada hari itu
dimaksudkan agar digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya
ekstrakurikuler, namun belum disiapkan bagaimana pengelolaannya. Tidak
diperhitungkan secara matang, ketersediaan program-program ekstrakurikuler,
ketersediaan pembina, pelatih, lahan dan lain sebagainya.
Akan
lebih salah lagi jika fullday school dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan latihan
mengerjakan soal-soal UNAS atau pembahasan soal-soal UNAS dengan tujuan agar
siswanya mendapatkan Nilai baik (Lulus) pada UNAS yang akan datang. Nilai UNAS
bukanlah merupakan tujuan pendidikan. Sudah tercantum dalam undang undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 bahwa
tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Jika
banyak orang tua memasukkan anak-anaknya ke sekolah full day, semata-mata
karena orang tua tidak memiliki waktu yang cukup mengawasi anak-anaknya karena
sibuk bekerja, fungsi sekolah tak lebih sekedar sebagai tempat penitipan anak.
Orang tua harus menyempurnakan konsep berfikirnya terhadap eksistensi full day
school. Ketika orang tua hanya menganggap full day school sebagai tempat
penitipan anak, orang tua tidak akan melakukan kajian mendalam terhadap
kualitas sekolah yang akan dijadikan tempat sekolah anak-anaknya. Padahal pasti
ada sekolah full day yang tidak didukung sarana yang cukup untuk menciptakan
sekolah yang menyenangkan, bahkan manajemen kurikulumnya digarap seadanya.
Sehingga
full day school kurang benar benar bermanfaat sesuai fungsi dan tujuan
dibentuknya sistem/kurikulum fullday school itu sendiri. Jadi sebagai orang tua
yang baik seharunya memikirkan kembali jika ingin memasukan anaknya ke sekolah
yang menggunakan konsep fullday school.
C.
Kelebihan
dan kekurangan fullday school
Kelebihan
·
Anak anak akan
mendapatkan metode pembelajaran yang bervariasi dan lain daripada sekolah
dengan program reguler.
·
,orang
tua tidak akan takut anak akan terkena pengaruh negatif karena untuk masuk ke
sekolah tersebut biasanya dilakukan tes (segala macam tes) untuk menyaring
anak-anak dengan kriteria khusus (IQ yang memadai, kepribadian yang baik dan
motivasi belajar yang tinggi)
·
Sistem Full Day School
memiliki kuantitas waktu yang lebih panjang daripada sekolah biasa.
·
Guru dituntut
lebih aktif dalam mengolah suasana belajar agar siswa tidak cepat bosan.
·
meningkatkan
gengsi orang tua yang memiliki orientasi terhadap hal-hal yang sifatnya
prestisius.
·
Orang tua akan
mempercayakan penuh anaknya ada sekolah saat ia berangkat ke kantor hingga ia
pulang dari kantor
Kekurangan
·
Siswa akan
cepat bosan dengan lingkungan sekolah
·
Lebih cepat
stress
·
Mengurangi
bersosialisasi dengan tetangga dan keluarga
·
Kurangnya waktu
bermain
·
anak-anak
akan banyak kehilangan waktu dirumah dan belajar tentang hidup bersama
keluarganya
D.
Upaya
Penerapan Sistem Fullday School
Oleh karena itu disarankan beberapa
upaya untuk membuat siswa menjadi lebih nyaman dalam sekolah yang menerapkan
sistem Full Day School, antara lain:
o
Menyusun materi pelajaran dikelas
yang bersahabat, yaitu yang tidak memaksa anak untuk hanya mendengarkan secara
pasif, namun ajak anak untuk terlibat dalam setiap prosesnya.
o
Mengkombinasikan berbagi pelajaran,
cara belajar serta waktu belajar dan istirahat yang berbeda untuk mengembangkan
semua jenis kecerdasan anak.
o
Mengatur posisi duduk anak secara
fleksibel.
o
Mengkombinasikan antara belajar di
kelas dengan belajar di luar kelas.
o
Mengenali anak sebagai pribadi dan
sebagai anggota kelompok
o
Mengatur jam istirahat tidak harus
dalam bentuk tidur siang , karena kebiasaan tidur siang menyebabkan penurunan
produktifitas pada usia kerja.
E.
Kerangka
pikir evaluasi
Konsep
fullday school memang kini menjadi tren dikalangan pendidikan, menurut
pengalaman saya sendiri yang pernah merasa menggunakan konsep fullday school
pada sistem pembelajaran saya rasa biasa – biasa saja. Dulu saya ingin masuk
sekolah itu karena saya rasa sekolahnya sangat keren, karena sekolah lain belum
menggunakan konsep tersebut, selain itu faktor orang tua juga sangat
berpengaruh didalamnya. saya setiap hari masuk jam 06.00 pagi dan pulang
sekolah jam 17.00 sore, dan semua pembelajaran dalam keadaan formal dimana anak
harus belajar dalam kelas seharian penuh, tetapi disekolah juga menggunakan
sistem moveing class yang dimana kita tidak mempunyai kelas yang tetap sehingga
kita harus pindah – pindah ruang sesuai jam plajaran yang diikuti setidaknya
bisa 15 menit untuk refresh sejenak J tapi jam pelajaran tersebut belum termasuk jam tambahan
yang diberikan oleh guru dan belum termasuk jam les yang dituntut oleh orangtua
saya. Jadi setiap hari senin sampai hari jum’at saya sampai dirumah jam
19.00 kemudian istirahat dan tidak
sempat mengulang pelajaran yang telah diajarkan disekolah tadi. Dan setiap hari
saptu saya mengikuti extrakurikuler ilmiah remaja dan pramuka yang dimulai jam
08.00 – 16.30.
setelah memasuki kelas 12 sekolah mengadakan jam
tambahan, jadi pulang dri sekolah jam 18.00 kemudian les intensif. Dan setelah
memasuki bangku kuliah saya merasa aneh karena jadwal kuliah yang tidak
menentu.. J
Jadi
menurut saya memang baik menggunakan sistem fullday school pada sekolah karena
dapat menarik para peserta didik dan selain itu guru dapat mengawasi secara
penuh perkembangan peserta didik dan orang tua jauh lebih merasa nyaman karena
anak mereka berada ditempat yang tepat dan kurikulum harus sesuai dengan porsi
yang tepat pula.
F.
Hipotesis
awal
Tlah banyak riset mengenai
kurukulum fullday school terkait dengan masih adanya pro kontra
soal konsep fullday. Yang kontra menyebut bahwa fullday school memenjara
siswa. Sedangkan yang pro lebih memandang bahwa siswa banyak mendapatkan
manfaat di sekolah berkonsep fullday, tentu dengan pembelajaran yang
menyenangkan.
Menurut beberapa teman saya mereka fine fine
saja dalam menjalani masa – masa program fullday school, karena sebelum
mereka memasuki sekolah tersebut mereka tlah mengetahui program dan kurikulum
yang digunakan dalam sekolah itu sehingga mereka tidak “kaget” dengan kurikulum
yang digunakan. Selain itu guru berpengaruh besar terhadap kesuksesan sekolah
yang menggunakan konsep fullday school, adanya variasi misal ; adanya
bercandaan sehingga siswa tidak tegang, media pembelajaran yang digunakan itu
menarik, dan menggunakan kuis – kuis atau game –game juga akan mendorong
semangat peserta didik dalam mengikoti proses belajar, sehingga tidak mengantuk
maupun bosan dengan suasana kelas yang biasa – biasa saja atau lebih sering
disebut monoton.
Selain
itu menurut beberapa orang tua selama anak mereka senang tidak terbebani dengan
sistem fullday school mereka juga fine – fine saja, tetapi jika ditemukan indikasi
anak pulang sekolah dengan keadaan lemas, capek,loyo,lesu, raut muka sedih
setelah pulang sekolah mungkin merupakan beberapa ciri yang perlu diwaspadai. Sebagai orang tua harus cepat tanggap
mengapa anaknya pulang sekolah dalam keadaan seperti itu.
Dengan melalui pendekatan – pendekatan sebagai orang tua yang baik. Karena pola asuh orangtua sangat berpengaruh
besar terhadap perkembangan anak, karena dalam pola pengasuhan itu ditanamkan
nilai yang diyakini dalam keluarga tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku seorang anak merupakan
cerminan dari bagaimana ia diperlakukan oleh orang-orang terdekatnya dirumah.
Perilaku ini dapat dikembangkan, dikuatkan, dikurangi, diubah bahkan
diperbaiki.
Langganan:
Postingan (Atom)