Minggu, 13 Januari 2013

pendidikan berbasis full day school

Pengertian fullday school
Sistem sekolah yang menggunakan konsep fullday school adalah dimana mereka menggabungkan antara waktu belajar dan waktu bermain anak di sekolah selama 5 hari per minggu, dan pada hari saptu disisipkan untuk exstra kulikuler. Berbeda dengan konsep sekolah reguler biasa yang menggunakan 6 hari sebagai hari evektif dan menggunakan hari minggu sebagai hari untuk exstrakurikuler.
B.     Penerapan sistem fullday school
Fullday school harus memperhatikan juga jenjang dan jenis pendidikan, selain kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh komponen di sekolah, kesiapan program-program pendidikan. Seperti kita ketahui bahwa di Indonesia jenjang pendidikan formal dibagi menjadi :
·         Padu (pendidikan usia dini) / Play Group, diperuntukkan bagi anak-anak usia dini yaitu 3-4 tahun;
·         TK (Taman Kanak-Kanak), diperuntukkan bagi anak usia 4-6 tahun;
·         SD (Sekolah Dasar), diperuntukkan bagi anak usia 7-12 tahun;
·         SLTP (Sekolah Menengah Pertama), bagi anak usia 13-15 tahun;
·         SLTA (Menengah Atas), bagi anak usia 15-18 tahun.
Pada jenjang pendidikan usia dini sampai Taman Kanak-kanak bertujuan membentuk pribadi anak untuk mengenal dirinya (who am I) yang selanjutnya disebut Personal Skill, kemudian pada tingkatan Sekolah Dasar dan Menengah Pertama bertujuan untuk membentuk pribadi yang mampu mengenal potensi. Dan untuk menengah atas dan kejuruan seperti yang telah kita bahas diatas tadi.
Atas dasar perbedaan jenjang dan jenis pendidikan, maka sudah seharusnya penerapan konsep fullday school memperhatikan perbedaan-perbedaan tersebut. Anak-anak usia SD dan SMP adalah usia-usia dimana porsi bermain tentu lebih banyak dari pada belajar. Jangan sampai konsep fullday school merampas masa-masa bermain mereka, masa-masa dimana mereka harus belajar berinteraksi dengan sesama, berinteraksi dengan orang tua, berinteraksi dengan sanak saudara dan handai tolan, serta berinteraksi dengan lingkungan disekitar tampat tinggalnya.
 Jangan sampai fullday school menjadikan meraka tidak mengenal anak-anak sebayanya di sekitar rumahnya, jangan sampai manjadikan anak tidak mengenal paman, bibi dan lain sebagainya disekitar keluarganya. menjadikan anak senang menyendiri bersifat individualis dan susah bersosialisasi. Ditambah lagi dengan dijadikannya hari sabtu sebagai student day, dimana pada hari itu dimaksudkan agar digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya ekstrakurikuler, namun belum disiapkan bagaimana pengelolaannya. Tidak diperhitungkan secara matang, ketersediaan program-program ekstrakurikuler, ketersediaan pembina, pelatih, lahan dan lain sebagainya.
Akan lebih salah lagi jika fullday school dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan latihan mengerjakan soal-soal UNAS atau pembahasan soal-soal UNAS dengan tujuan agar siswanya mendapatkan Nilai baik (Lulus) pada UNAS yang akan datang. Nilai UNAS bukanlah merupakan tujuan pendidikan.  Sudah tercantum dalam undang undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Jika banyak orang tua memasukkan anak-anaknya ke sekolah full day, semata-mata karena orang tua tidak memiliki waktu yang cukup mengawasi anak-anaknya karena sibuk bekerja, fungsi sekolah tak lebih sekedar sebagai tempat penitipan anak. Orang tua harus menyempurnakan konsep berfikirnya terhadap eksistensi full day school. Ketika orang tua hanya menganggap full day school sebagai tempat penitipan anak, orang tua tidak akan melakukan kajian mendalam terhadap kualitas sekolah yang akan dijadikan tempat sekolah anak-anaknya. Padahal pasti ada sekolah full day yang tidak didukung sarana yang cukup untuk menciptakan sekolah yang menyenangkan, bahkan manajemen kurikulumnya digarap seadanya.
            Sehingga full day school kurang benar benar bermanfaat sesuai fungsi dan tujuan dibentuknya sistem/kurikulum fullday school itu sendiri. Jadi sebagai orang tua yang baik seharunya memikirkan kembali jika ingin memasukan anaknya ke sekolah yang menggunakan konsep fullday school.

C.     Kelebihan dan kekurangan fullday school
Kelebihan
·         Anak anak akan mendapatkan metode pembelajaran yang bervariasi dan lain daripada sekolah dengan program reguler.
·         ,orang tua tidak akan takut anak akan terkena pengaruh negatif karena untuk masuk ke sekolah tersebut biasanya dilakukan tes (segala macam tes) untuk menyaring anak-anak dengan kriteria khusus (IQ yang memadai, kepribadian yang baik dan motivasi belajar yang tinggi)
·         Sistem Full Day School memiliki kuantitas waktu yang lebih panjang daripada sekolah biasa.
·         Guru dituntut lebih aktif dalam mengolah suasana belajar agar siswa tidak cepat bosan.
·         meningkatkan gengsi orang tua yang memiliki orientasi terhadap hal-hal yang sifatnya prestisius.
·         Orang tua akan mempercayakan penuh anaknya ada sekolah saat ia berangkat ke kantor hingga ia pulang dari kantor


Kekurangan
·         Siswa akan cepat bosan dengan lingkungan sekolah
·         Lebih cepat stress
·         Mengurangi bersosialisasi dengan tetangga dan keluarga
·         Kurangnya waktu bermain
·         anak-anak akan banyak kehilangan waktu dirumah dan belajar tentang hidup bersama keluarganya


D.    Upaya Penerapan Sistem Fullday School
Oleh karena itu disarankan beberapa upaya untuk membuat siswa menjadi lebih nyaman dalam sekolah yang menerapkan sistem Full Day School, antara lain:
o   Menyusun materi pelajaran dikelas yang bersahabat, yaitu yang tidak memaksa anak untuk hanya mendengarkan secara pasif, namun ajak anak untuk terlibat dalam setiap prosesnya.
o   Mengkombinasikan berbagi pelajaran, cara belajar serta waktu belajar dan istirahat yang berbeda untuk mengembangkan semua jenis kecerdasan anak.
o   Mengatur posisi duduk anak secara fleksibel.
o   Mengkombinasikan antara belajar di kelas dengan belajar di luar kelas.
o   Mengenali anak sebagai pribadi dan sebagai anggota kelompok
o   Mengatur jam istirahat tidak harus dalam bentuk tidur siang , karena kebiasaan tidur siang menyebabkan penurunan produktifitas pada usia kerja.


E.     Kerangka pikir evaluasi
            Konsep fullday school memang kini menjadi tren dikalangan pendidikan, menurut pengalaman saya sendiri yang pernah merasa menggunakan konsep fullday school pada sistem pembelajaran saya rasa biasa – biasa saja. Dulu saya ingin masuk sekolah itu karena saya rasa sekolahnya sangat keren, karena sekolah lain belum menggunakan konsep tersebut, selain itu faktor orang tua juga sangat berpengaruh didalamnya. saya setiap hari masuk jam 06.00 pagi dan pulang sekolah jam 17.00 sore, dan semua pembelajaran dalam keadaan formal dimana anak harus belajar dalam kelas seharian penuh, tetapi disekolah juga menggunakan sistem moveing class yang dimana kita tidak mempunyai kelas yang tetap sehingga kita harus pindah – pindah ruang sesuai jam plajaran yang diikuti setidaknya bisa 15 menit untuk refresh sejenak J tapi jam pelajaran tersebut belum termasuk jam tambahan yang diberikan oleh guru dan belum termasuk jam les yang dituntut oleh orangtua saya. Jadi setiap hari senin sampai hari jum’at saya sampai dirumah jam 19.00  kemudian istirahat dan tidak sempat mengulang pelajaran yang telah diajarkan disekolah tadi. Dan setiap hari saptu saya mengikuti extrakurikuler ilmiah remaja dan pramuka yang dimulai jam 08.00 – 16.30.
setelah memasuki kelas 12 sekolah mengadakan jam tambahan, jadi pulang dri sekolah jam 18.00 kemudian les intensif. Dan setelah memasuki bangku kuliah saya merasa aneh karena jadwal kuliah yang tidak menentu.. J
            Jadi menurut saya memang baik menggunakan sistem fullday school pada sekolah karena dapat menarik para peserta didik dan selain itu guru dapat mengawasi secara penuh perkembangan peserta didik dan orang tua jauh lebih merasa nyaman karena anak mereka berada ditempat yang tepat dan kurikulum harus sesuai dengan porsi yang tepat pula.





F.      Hipotesis awal
Tlah banyak riset mengenai kurukulum fullday school terkait dengan masih adanya pro kontra soal konsep fullday. Yang kontra menyebut bahwa fullday school memenjara siswa. Sedangkan yang pro lebih memandang bahwa siswa banyak mendapatkan manfaat di sekolah berkonsep fullday, tentu dengan pembelajaran yang menyenangkan.
 Menurut beberapa teman saya mereka fine fine saja dalam menjalani masa – masa program fullday school, karena sebelum mereka memasuki sekolah tersebut mereka tlah mengetahui program dan kurikulum yang digunakan dalam sekolah itu sehingga mereka tidak “kaget” dengan kurikulum yang digunakan. Selain itu guru berpengaruh besar terhadap kesuksesan sekolah yang menggunakan konsep fullday school, adanya variasi misal ; adanya bercandaan sehingga siswa tidak tegang, media pembelajaran yang digunakan itu menarik, dan menggunakan kuis – kuis atau game –game juga akan mendorong semangat peserta didik dalam mengikoti proses belajar, sehingga tidak mengantuk maupun bosan dengan suasana kelas yang biasa – biasa saja atau lebih sering disebut monoton.
            Selain itu menurut beberapa orang tua selama anak mereka senang tidak terbebani dengan sistem fullday school mereka juga fine – fine saja, tetapi jika ditemukan indikasi anak pulang sekolah dengan keadaan lemas, capek,loyo,lesu, raut muka sedih setelah pulang sekolah mungkin merupakan beberapa ciri yang perlu diwaspadai. Sebagai orang tua harus cepat tanggap mengapa anaknya pulang sekolah dalam keadaan seperti itu.
Dengan melalui pendekatan – pendekatan sebagai orang tua yang baik. Karena pola asuh orangtua sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan anak, karena dalam pola pengasuhan itu ditanamkan nilai yang diyakini dalam keluarga tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku seorang anak merupakan cerminan dari bagaimana ia diperlakukan oleh orang-orang terdekatnya dirumah. Perilaku ini dapat dikembangkan, dikuatkan, dikurangi, diubah bahkan diperbaiki.